Ratusan Nakes RSUDZA Demo Tuntut Keadilan Jasa Medis: “Jangan Bohongi Kami Lagi!”

DETIK UPDATE

- Redaksi

Jumat, 19 September 2025 - 00:49 WIB

50176 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Banda Aceh – Ratusan tenaga kesehatan dari berbagai profesi menggelar aksi unjuk rasa di halaman apel Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, Kamis (18/9/2025). Para pegawai menyuarakan kekecewaan mereka atas pemotongan jasa medis yang dinilai tidak adil dan dilakukan sepihak oleh manajemen rumah sakit.

Aksi damai ini diikuti oleh perawat, bidan, tenaga laboratorium, farmasi, staf administrasi, hingga tenaga teknis lainnya. Massa mengenakan seragam kerja masing-masing sambil membawa spanduk dan pengeras suara, menyerukan tuntutan keadilan dalam pembagian jasa pelayanan.

Menurut para peserta aksi, pemotongan dilakukan pada jasa medis bulan Juli yang baru cair awal September lalu. Awalnya mereka merasa lega karena honor yang sempat tertunggak akhirnya dibayarkan. Namun perasaan itu berubah menjadi kecewa setelah melihat nominal yang diterima ternyata tak sesuai dengan formula resmi yang mengacu pada masa kerja, pendidikan, dan kinerja pegawai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Isu yang beredar menyebutkan bahwa pemotongan dilakukan atas instruksi Pelaksana Harian (Plh) Direktur RSUDZA dengan alasan untuk “meratakan” jasa medis, terutama bagi tenaga kontrak yang selama ini menerima di bawah Rp 2 juta. Sayangnya, kebijakan itu hanya menyasar profesi non-dokter spesialis, memicu kecemburuan dan rasa ketidakadilan di antara sesama tenaga medis.

“Kalau ingin membantu pegawai kontrak, seharusnya ada regulasi yang adil. Bukan memotong hak orang lain secara sepihak,” teriak salah satu orator demo.

Kepala Poli Ortopedi RSUDZA, Sinta, dalam orasinya menyuarakan kekecewaan yang mendalam mewakili para pegawai non-spesialis. Ia mengingatkan bahwa para perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya adalah ujung tombak pelayanan rumah sakit yang selama ini bekerja 24 jam tanpa mengenal waktu, namun penghargaannya belum setara.

“Kami tidak ingin hanya menjadi pahlawan tanpa jasa, tanpa pelayanan yang layak. Tolong perhatikan nasib kami—perawat, bidan, nakes lainnya, dan administrasi. Kami semua berkontribusi langsung terhadap layanan pasien, bukan figuran di rumah sakit ini,” serunya lantang.

Ia juga menuntut adanya perubahan nyata di dalam kepemimpinan manajemen RSUDZA agar sistem pembagian jasa medis bisa lebih transparan, adil, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

“Tolong bapak ibu yang terhormat, jangan bohongi kami lagi. Jika wakil direktur tidak mampu membawa perubahan, turunkan saja,” tegas Sinta, disambut yel-yel dari para peserta demo.

Meski aksi berlangsung tenang dengan pengawalan internal keamanan rumah sakit, suasana memanas ketika beberapa peserta menyampaikan dugaan adanya “permufakatan senyap” dalam pengambilan keputusan soal pemotongan ini. Massa mendesak agar seluruh kebijakan finansial rumah sakit, terutama yang berpengaruh pada kesejahteraan pegawai, diputuskan secara terbuka dan melibatkan perwakilan semua profesi.

Hingga sore hari, belum terlihat respons langsung dari pihak manajemen RSUDZA. Peserta aksi masih menunggu kepastian pertemuan dengan pimpinan rumah sakit untuk menyampaikan tuntutan secara resmi. Mereka juga berencana akan terus mengawal isu ini hingga hak mereka sebagai tenaga kesehatan diberikan sesuai dengan kontribusi dan beban kerja yang dijalani.

Aksi ini menjadi peringatan keras dari para tenaga medis kepada pengelola layanan kesehatan agar kebijakan internal tidak merugikan karyawan yang berada di garis depan pelayanan. Di tengah tuntutan profesionalisme dan kesiapsiagaan setiap hari, mereka ingin dihormati secara layak, bukan sekadar diberi janji. (*)

Berita Terkait

Tumpahan CPO Makan Korban, Ngohwan Kecam Pengusaha Nakal: “Ini Sudah Bahaya Jalanan!”
Di Tengah Derita Ekonomi, SAPA Kritik Dana Hibah Parpol Naik Lima Kali Lipat: “Pemerintah Seakan Menutup Mata”
Rektor (UGL) Kutacane, Bapak Dr. Indra Utama, M.Pd, bersama Bapak Drs. Jamanuddin, M.AP, melakukan pembahasan rancangan butir-butir kesepakatan bersama (MoU) antara UGL dengan Pemerintah Aceh
Wagub Fadhlullah: Pawai Budaya Jadi Simbol Persatuan dan Kebhinekaan
BPKP Aceh Gelar Bimtek SPIP Terintegrasi: Dorong Penguatan Tata Kelola di Aceh Tenggara
Puluhan Jamaah Aceh Terlantar, Wagub Turun Tangan
Disomasi karena Kritik, LIRA: Ini Negara Demokrasi, Bukan Kerajaan!
Pertemuan Strategis Pemimpin Daerah dan Legislator: Dorong Percepatan Pembangunan Jalan Nasional dan Pembukaan Jalan Tembus di Aceh Tenggara- Subulussalam

Berita Terkait

Senin, 6 Oktober 2025 - 17:23 WIB

JIM: “Anggaran Rp 1,4 Miliar di DPRD Cianjur, Kok Rasanya Lebih Misterius dari Harta Karun?”

Senin, 6 Oktober 2025 - 14:57 WIB

Disarpus Kabupaten Cianjur Gelar Lomba Mewarnai Tingkat Kabupaten, Tanamkan Gemar Membaca Sejak Dini

Senin, 6 Oktober 2025 - 14:44 WIB

Kapolsek Usep Nurdin, Hadir Menyulam Sinergi di Hari TNI

Senin, 6 Oktober 2025 - 14:25 WIB

Dari Medan Tugas ke Medan Amal: Kiprah Kapten Suhardi di HUT TNI

Sabtu, 4 Oktober 2025 - 15:13 WIB

RSUD Cimacan Gelar Direktur Cup, Lapangan Jadi Ajang Silaturahmi

Jumat, 3 Oktober 2025 - 21:33 WIB

Dari Ring ke Prestasi, Bupati Cianjur Dukung LCS 2025

Jumat, 3 Oktober 2025 - 20:58 WIB

Grand Opening Cluster Avani: Saatnya Udara Sejuk Jadi Gaya Hidup di Cipanas

Jumat, 3 Oktober 2025 - 15:05 WIB

SPPG Bermasalah Dihentikan Sementara, Bupati Wahyu Tegaskan Pentingnya Standar Kesehatan

Berita Terbaru